Jumat, 24 April 2009

Concept of Tryout Test (Indonesian Version)

KONSEP TES “TRYOUT”

(Indonesian version)

Tes tryout itu dapat didefinisikan sebagai wahana latihan ujian siswa, baik itu untuk menghadapi ujian semester maupun ujian nasional. Sebenarnya tes tryout itu sudah merupakan suatu kegiatan rutin yang dilaksanakan baik itu oleh kelas 7, 8, 9, 10, 11 maupun 12, bukan hanya terfokus kepada ujian nasional saja. Akan tetapi untuk saat ini tes tryout itu lebih ditekankan untuk menghadapi ujian nasional. Hal yang membedakannya adalah bahwa tes tryout untuk kelas 9 dan 12 itu waktunya sudah ditentukan oleh Dinas pendidikan kabupaten, sedangkan untuk kelas 7, 8, 10 dan 11 itu tergantung sepenuhnya kepada sekolah masing-masing.

Tujuan dilaksanakannya tes tryout itu adalah sebagai wahana pembiasaan siswa terhadap penyelesaian soal-soal terutama yang sifatnya ujian bersama, baik yang diselenggarakan oleh dinas, gugus kecamatan, maupun pusat, kelas 9 dan 12 berarti mempersiapkan untuk menghadapi ujian nasional, sedangkan kelas 7, 8, 10 dan 11 mempersiapkan untuk menghadapi ulangan umum bersama.

Kita ketahui terdapat 4 jenis tes (Placement, Formative, Diagnostic dan Summative), dalam hal ini, tes tryout masuk kedalam jenis yang lebih luas, bisa diambil sebagai nilai harian oleh guru masing-masing, ataupun bisa juga dijadikan sebagai standar penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran. Bisa termasuk kedalam kategori formatif maupun diagnosis (khususnya menjelang ujian nasional). Pelaksanaan tes tryout dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui peta kemampuan siswa, sehingga guru dapat mengetahui siswa manakah yang penguasaannya masih dibawah UKM/SKL (standar kompetensi lulusan), manakah yang sudah cukup, maupun yang sudah melebihi standar. Tahap selanjutnya akan dikategorikan dalam “pemetaan” yang artinya bagi kelompok siswa yang masih dibawah rata-rata, sang guru akan memberikan “remedial” (pengayaan materi).

Awal mula pelaksanaan tes tryout itu, sesungguhnya sebelum pelaksanaan kurikulum 1994 tes “tryout” itu sudah dilaksanaan, hanya saja namanya belum “tryout” akan tetapi hanya dinamakan sebagai “latihan”. Ketika zaman EBTANAS dahulu, saat itu dinamakan sebagai “latihan EBTANAS” bukan “tryout”. Jadi bisa dikatakan bahwa nama tes “tryout” itu hanya mengambil istilah saja, yang diambil dari bahasa asing (bahasa Inggris) baru-baru ini, yang asal mulanya dikembangkan/dipopulerkan oleh BIMBEL (bimbingan belajar) yang dijadikan sebagai salah satu daya tarik bagi “instansi-intansi” tersebut dengan maksud menarik para pelajar untuk bergabung dengan instansi mereka. Untuk masalah pelopor terlaksananya tes “tryout” ini kurang dapat dipastikan.

Pada dasarnya tes tryout itu dibuat oleh para guru bidang studi masing-masing, hanya saja dibedakan kepada jenis tryout yang akan dilaksanakan. Jika tes tryout itu hendak dilaksanakan untuk kelas 7, 8, 10 dan 11 maka yang bertanggung jawab untuk membuat soalnya adalah “MGMP” (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) tingkat sekolah, yang diserahkan sepenuhnya kepada guru masing-masing sekolah yang bersangkutan (biasanya hampir seluruh mata pelajaran diujikan). Sedangkan Jika tes tryout itu hendak dilaksanakan untuk kelas 9 dan 12 maka yang bertanggung jawab untuk membuat soalnya adalah “MGMP” tingkat kabupaten, yang dilaksanakan secara serentak. Akan tetapi cakupannya hanya terfokus kepada 4 mata pelajaran saja yang diujikan, (yaitu subjek yang sama dengan yang akan diujikan ketika ujian nasional), diantaranya adalah bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika dan IPA. Hal ini diterapkan demi mempersiapkan siswa menghadapi ujian nasional. Sebelum membuat soal tryout biasanya para guru se-kabupaten berkumpul untuk membahas hal yang dinamakan dengan “bedah SKL (Standar Kompetensi Lulusan)” yang sudah ditentukan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), jadi kisi-kisi/rambu-rambu untuk materi soal tryout sudah ditentukan dari “Depdiknas”.

Sebenarnya untuk memastikan berapa kali pelaksanaan tes tryout itu tidak dapat ditentukan, tergantung kepada daya/kesiapan dan sumber dana dari setiap sekolah masing-masing daerah. Dikarenakan pelaksanaan tes tryout itu membutuhkan dana sekaligus kesiapan yang cukup. Sehingga di masing-masing sekolah itu berbeda jumlah pelaksanaannya. Untuk pelaksanaan tes tryout di (SMPN 2 Ciputat) biasanya dilakukan sebanyak 3 kali (untuk kelas 9) tes tryout yang pertama itu adalah “pre test” (yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan bimbingan belajar/pengayaan), mengevaluasi sejauh mana kemampuan/penguasaan siswa terhadap 4 materi pelajaran yang akan di ujikan di “UN” nanti. Lalu test tryout yang kedua yaitu untuk “pemetaan” siswa, yang kemudian akan dikategorikan siswa yang masih “rendah”, “sedang” dan “tinggi” dari penguasaan materi yang akan diujikan nanti. Sehingga siswa yang masuk kedalam kategori “rendah” akan dikelompokan lagi dan diberikan pengayaan materi, dan begitu menjelang ujian nasional tes tryout yang ketiga pun dilaksanakan (sebagai penguatan materi).

Soal-soal tes tryout itu mengacu sepenuhnya ke “SKL”, yang dalam proses pembuatannya dikenal dengan istilah “bedah SKL” (yang sudah dijelaskan di awal), jadi tidak seluruh materi yang dipaparkan dalam kurikulum itu dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan soal tes tryout. Contohnya untuk bahasa Indonesia dan bahasa Inggris itu hanya ada 2 “SKL”. Matematika itu ada 4, dan IPA ada 10. Dan ini tidak mewakili seluruh materi yang ada di dalam kurikulum. Dan juga soal-soal ujian nasional itu tidak akan melenceng/keluar dari “SKL”. Oleh karena itu diadakan “bedah SKL” dalam proses pembuatan soal tryout.

Untuk soal tes tryout itu diambil dari materi seluruh kelas, yaitu dari kelas 7, 8, dan 9 (untuk tingkat SMP) dan kelas 10, 11, dan 12 (untuk tingkat SMA). Hanya persentasenya saja yang berbeda, yaitu: untuk materi kelas 7 atau 10 hanya diambil sebanyak 20 %, kelas 8 atau 11 sebanyak 30 %, dan dari kelas 9 atau 12 diambil sebanyak 50 %. (yang sudah terangkum dalam “SKL”).

Biaya tryout itu merupakan hasil dari iuran sekolah masing-masing, yang dikoordinir oleh dinas kabupaten, proses dari penyusunan, penggandaan, hingga sampai ke pemeriksaan hasil, merupakan hasil dana dari iuran komite/iuran sekolah, bukan dari pemerintah (karena ini bukan program nasional). Berbeda halnya dengan pelaksanaan “UN” yang biaya keseluruhanya sudah tersedia di “APBN”.

Tidak ada komentar: